Thursday, April 2

Memetri Bumi, Petani Mukti” (Dengan Memelihara Bumi, Petani Sejahtera)

Keberlanjutan produksi pangan bagi rakyat Indonesia adalah masalah serius yang perlu secara kontinyu mendapatkan perhatian dari semua pihak, mengapa? Saat ini terindikasi semakin banyak lahan pertanian yang berangsur-angsur menurun kualitasnya akibat input kimiawi yang berlebihan.

Mekanisme alam sebenarnya sudah lama mengatasi masalah karbon yang bisa diserap oleh tanah serta organisme-organisme lain. Namun, perusahaan agribisnis dan produsen besar pertanian seringkali menghancurkan ekosistem dengan input kimia yang berlebihan, apalagi dengan pembukaan lahan besar (http://www.fspi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=509&Itemid=1)
Tingginya konversi lahan pertanian juga disoroti oleh. Hermanto Siregar, Direktur Akademik Pascasarjana IPB sebagai persoalan krusial, Menurutnya di Jawa saja laju perubahan konversi lahan pertanian 40.000 ha/tahun. (http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/02/16/brk,20070216-93470,id.html) jika sektor petani sudah tidak menguntungkan lagi petani pasti akan mengalih penggunaan lahannya. Ini baru satu masalah.

Dalam tingkatan yang lebih luas, muncul masalah pergantian musim yang semakin sulit diprediksi yang disebabkan oleh pemanasan global. Petani, khususnya petani kecil, merupakan orang-orang yang pertama menderita akibat perubahan iklim. Perubahan iklim yang drastis menyebabkan terjadinya kekeringan, banjir dan badai yang menghancurkan lahan pertanian, peternakan, dan rumah-rumah. Petani terpaksa menyesuaikan penggunaan benih dan sistem produksi untuk menghadapi perubahan iklim. Banjir dan kekeringan juga menyebabkan kegagalan panen, yang pada akhirnya dapat berdampak pada meningkatnya angka kelaparan di dunia. (http://www.fspi.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=509&Itemid=1) Jelas, kondisi ini semakin mempersulit kondisi petani sebagai subyek penting dalam ketahanan pangan.


Tantangannya adalah menciptakan bumi, agar tetap layak digunakan untuk ber tani, tidak saja oleh generasi petani sekarang, tetapi juga generasi berikutnya. Apakah petani sendiri yang harus bertanggung jawab terhadap tantangan ini ? Tentu saja tidak. Justru peran lebih besar terletak pada keberpihakan pengambil kebijakan, perusahaan dan masyarakat terhadap nasib petani.
Melalui kegiatan workshop dengan tema “ Memetri Bumi, Petani Mukti”, SATUNAMA mencoba memfasilitasi bertemunya akademisi, petani dan pengambil kebijakan dalam pertanian. Dengan adanya forum ini diharapkan akan terjadi dialog yang setara yang akan menguraikan berbagai masalah dan mencoba memberikan rekomendasi.

Tujuan Workshop

• Menyediakan wadah/media pertemuan antar petani

• Memberikan wacana baru dan saling tukar informasi antar petani, akademisi dan pemerintah tentang ketahan pangan dan kondisi petani

• Mengadvokasi kondisi petani dalam kebijakan pemerintah sekarang dan masa yang akan datang


Pelaksanaan Workshop
Hari / Tanggal : Rabu, 22 April 2009
Pukul : 08.00 – 15.00 WIB

Tempat : SATUNAMA Training Centre

No comments:

Post a Comment

Silahkan mengisi komentar dan terima kasih atas komentar anda