Monday, October 26

HPS diperingati di Clapar,Hargowilis,Kokap,Kulon Progro

Kirab budaya dan arak-arakan Gunungan terdiri dari sayuran dan umbi-umbian serta buah-buahan, menandai dibukanya Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-29. Kegiatan ini mengambil tema : Mewujudkan Kedaulatan Pangan Dengan Memanfaatkan Keanekaragaman Potensi Pangan Lokal

Dusun Clapar, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo menjadi tempat bagi peringatan HPS yang terselenggara berkat kerjasama yang baik antara masyarakat tani, Kantor Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan (KP4K) Kabupaten Kulon Progo, Kelompok tani Sumber Mulyo dan Kelompok tani Uperma serta SATUNAMA

Dalam kata sambutan, panitia mengungkapkan ada sejumlah 400 orang yang diundang. Mereka berasal dari Gunung Kidul ( Ponjong dan Gedangsari) Kulon Progo ( Kokap,Pengasih,Samigaluh) Sleman ( Moyudan) serta tamu dari Mojokerto.

Camat Kokap Bp.Santoso, membuka secara resmi peringatan ini sekaligus menyampaikan sambutan tentang pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Dalam acara yang juga dihadiri oleh pejabat dari Dinas pertanian tersebut, Camat Kokap menampaikan harapan agar dinas terkait, mampu menyediakan air yang cukup untuk kebutuhan pertanian, khususnya di Kecamatan Kokap.

Sementara ketua panitia kegiatan, Sukijan, menekankan pentingnya mengelola sumber pangan lokal dan harapannya terhadap masyarakat tani agar selalu bersemangat dalam mengolah lahan pertanian.

Mewakili Bupati Kulon Progo, Bp. Bambang Tri, membacakan sambutan yang antara lain berisi : Pangan adalah hak asasi manusia dan berkedudukan sama dengan hak asasi yg lain seperti contohnya hak masyarakat mendapat jaminan kesehatan.

Pangan juga mempunyai dimensi komplek. Terpenuhi dan tercukupinya pangan yang berkualitas, dinilai strategis dari sisi politis. SDM Masyarakat akan berkembang jika pangan tersedia secara berimbang cukup dan bergizi.

Ketersediaan pangan merupakan tanggung jawab bersama, pembangunan pangan yang berkelanjutan akan mengatasi kemiskinan masyarakat dan keberhasilan pembangunan pangan tidak lepas dar kreativitas masyarakat.

Setelah sambutan acara dilanjutkan dengan dialog antara camat, dinas ketahanan pangan dan kelompok tani. Hal yang muncul adalah mengenai perlunya sinergi antar berbagai pihak. Terutama pemerintah dan LSM yang dalam hal ini adalah mitra. Hendaknya pemerintah mengambil peran lebih banyak dalam rangka mendukung kebijakan tentang pertanian.

Ibu Tuti dari Jaringan Petani Kulon Progo (Jatirogo) mengukapkan peran Jatirogo dalam membantu petani di Clapar, terutama dalam kaitannya meningkatkan harga jual Gula Jawa. Sebelum ada jaringan, harga gula ditingkat petani hanya sehargaRp.4500/kg, setelah ada campur tangan, petani mampu menjual gula jawa Rp.7500/kg, hanya saja masalah mahalnya biaya transportasi untuk mengambil gula dari dusun Clapar ke Sekretariat Jatirogo dikeluhkan oleh Ibu Tuti. Biaya transportasinya adalah 400/kg, sementara keuntungan Jatirogo hanya sebesar Rp.500/kg

Kegiatan pojok inovasi menjadi ajang pembelajaran secara langsung. Dialog dan tukar pengalaman secara langsung terjadi antar kelompok dengan masyarakat umum. Dari ajang ini pengunjung berdialog dan mendapatkan tips ringan dan berguna dari ahlinya. Pojok inovasi menampilkan cara pembuatan Jamu, pembuatan bolu dari labu dan emping melinjo.

Hari kedua, minggu 18 Oktober 2009 diisi dengan berbagai lomba anak,antara lain mewarnai gambar dan melukis di kain sesuai dengan tema kegiatan, serta dialog pertanian.

Kegiatan diakhiri dengan penyerahan hadiah untuk lomba agroexpo dan lomba anak. Dalam sambutannya penutupan direktur SATUNAMA menyampaikan, tidak perlu menjamu tamu dengan makanan lokal, asal tidak melupakan unsur kebersihannya. Pada malam harinya diadakan pentas wayang orang.

Kegiatan dapat berjalan baik sesuai dengan keinginan panitia, walaupun ada beberapa agenda yang harus berubah, seperti Bupati Kulonprogo yang batal hadir dikarenakan satu dan lain hal. Namun secara umum peringatan HPS ke-29 di Clapar, telah memberikan banyak pembelajaran bagi pihak-pihak yang terlibat, tantangannya adalah memastikan agar proses share informasi selama kegiatan – melalui dialog, pemutaran film, pojok inovasi dan lomba-lomba-- benar-benar memperkaya semua pihak yang terlibat, agar dalam peringatan-peringatan HPS selanjutnya tidak habis pada proses “tontonan” saja, tapi juga bisa menjadi tuntunan. (**ed)