Monday, December 5

Novel di Perpustakaan Loekman Soetrisno

JUDUL BUKU
KETERANGAN
Panggil Aku Kartini Saja
Biografi ini mengajak kita mengingat Kartini, tapi bukan dari sudut pandang domestik rumah, seperti Kartini adalah   gadis pingitan, lalu dinikahkan, lalu melahirkan, namun lebih pada bagaimana Kartini melawan itu semua. Melawan kesepian karena pingitan, melawan arus kekuasaan besar penjajahan dari dinding tebal kotak penjara Kabupaten yang menyekapnya bertahun-tahun lamanya.Hal lain yang menarik : ternyata Kartini pandai melukis dan sangat mengagumkan.
Bumi Manusia.
(Periode penyemaian dan kegelisahan )
Novel ini merupakan bagian 1 dari Tetralogi Buru, dengan latarbelakang dan cikal bakal nation Indonesia di awal abad 20. Roman bagian pertama ini sebagai periode penyemaian dan kegelisahan Minke, manusia berdarah priyayi yang semampu mungkin keluar dari kepompong ke-Jawa-annya menuju manusia yang bebas dan merdeka. Di sudut lain membelah jiwa ke-Eropa-an yang menjadi simbol dan kiblat dari pengetahuan dan peradaban.
Jejak Langkah
( Periode pengorganisasian perlawanan ).
Bagian ke-3 dari Tetralogi Buru ini berkisah tentang Minke yang mulai memobilisasi segala daya upaya untuk melawan bercokolnya kekuasaan Hindia yang sudah berabad-abad umurnya. Minke tidak memilih perlawanan bersenjata tetapi memilih perlawanan jurnalistik dengan membuat sebanyak-banyak
nya bacaan pribumi.
Lewat jurnalistik ini Minke lantang berseru “ Didiklah rakyat dengan organisasi dan didiklah penguasa dengan perlawanan “.
Rumah Kaca
( Reaksi balik dari pemerintahan Hindia Belanda yang melihat kebangkitan perlawanan di tanah jajahan mereka )
Bagian ke-4 dari Tetralogi Buru, Rumah Kaca berkisah tentang usaha Kolonial memukul semua kegiatan kaum pergerakan dalam sebuah operasi ‘ pengarsipan ‘ yang rapi. Arsip adalah mata radar Hindia yang ditaruh di mana-mana untuk merekam apapun yang digiatkan aktivis   pergerakan.Pram mengistilahkan politik arsip itu sebagai kegiatan
“ pe-rumahkaca-an “.
Jalan Raya Pos, Jalan Daendels.
Buku ini adalah kesaksian tentang peristiwa genosida kemanusiaan paling mengerikan dibalik pembangunan Jalan Raya Daendels, jalan yang membentang 1000 km sepanjang utara Pulau Jawa dari Anyer ( Jabar ) sampai Panarukan
( Jatim ). Inilah satu dai beberapa kisah tragedi kerjapaksa terbesar sepanjang sejarah di Tanah Hindia. Melalui buku ini Pram menuturkan sisi paling kelam pembangunan jalan yang beraspalkan darah dan airmata manusia – manusia pribumi.
Midah Simanis Bergigi Emas
Ini adalah novel ringan yang ditulis Pramoedya di tahun 50-an dengan setting tempat Djakarta. Perempuan bernama Midah menjadi tokoh utamanya. Midah lahir dan dibesarkan dalam keluarga terpandang dan taat agama. Dalam usia remaja Midah dikawinkan dengan haji Terbus, laki-laki pilihan ayahnya yang ternyata telah mempunyai banyak istri.
Bukan Pasar Malam
Roman ini berlangsung dalam satu putaran perjalanan seorang anak revolusi- yang sangat idealis-pulang kampung karena ayahnya sakit TBC dan anggota keluarganya yang miskin dengan rumah tuanya, serta menghadapi istri yang cerewet.Roman ini juga menunjuk muka para jenderal / pembesar negeri pascakemerdekaan yang hanya asyik mengurus dan memperkaya diri sendiri.
Sekali Peristiwa di Banten Selatan
Novel ini merupakan hasil ’reportase’ singkat Pramoedya AT di wilayah Banten Selatan ( Jabar ) yang subur tapi rentan penjarahan dan pembunuhan. Tanah yang subur tapi masyarakatnya miskin, kerdil, tidak berdaya, lumpuh daya kerjanya. Mereka diisap sedemikian rupa. Mereka dipaksa hidup dalam rasa takut yang memiskinkan.
Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer – Catatan Pulau Buru
Buku ini merupakan catatan sejarah tentang para perempuan remaja Indonesia yang dijadikan budak seks oleh balatentara Jepang pada Perang Dunia II. Catatan ini disusun berdasarkan keterangan teman-teman sepembuangan Pramoedya di Pulau Buru, serta hasil pelacakan mereka terhadap budak seks yang ditinggalkan begitu saja di Pulau Buru, setelah Jepang menyerah pada tahun 1945.
Anak Bajang Menggiring Angin
Novel ini telah memasuki cetakan yang ke-9. Berlatar belakang kisah Ramayana, novel ini dituturkan dengan begitu luar biasa dan menarik.Dengan imajinasi simbolik yang sangat kaya disertai penggalan makna-makna filosofis yang sangat dalam, buku ini mampu menghidupkan kembali kisah klasik Ramayana dalam bentuk yang enak untuk dinikmati.
Para pengamat sastra mengatakan bahwa kisah buku ini mempresentasikan perlawanan mereka yang lemah dan tak berdaya menghadapi absurditas nasib kekuasaan.
Kliwon, Perjalanan Seorang Saya
Buku ini memuat kumpulan tulisan. Topik yag disampaikan meliputi topik politik, agama , bencana dan bahkan pesantren.Gaya penuturannya sangat lugas, penuh humor dan mencerahkan.
Saya Nujood, Usia 10 dan Janda
Sebuah kisah nyata yang mengejutkan tentang gadis cilik yang pemberani. Di usia 10 tahun, Nujood dipaksa ayahnya menikah dengan lelaki yang usianya 3x lipat dari usianya. Nojood hidup terpisah dari orangtua dan keluarganya, memulai hidup baru bersama suaminya di desa terpencil di pedalaman Yaman. Setiap hari menerima penganiayaan fisik dan emosional dari suami dan ibu mertuanya.Tak tahan dengan perlakuan ini, Nujood kecil melarikan diri ke gedung pengadilan di Ibu Kota untuk meminta keadilan.
Perempuan Di Titik Nol
Novel ini didasari pada kisah nyata, berkisah tentang seorang perempuan bernama Firdaus, yang dihukum gantung karena membunuh seorang germo di Kairo. Firdaus menerima dengan gembira vonis itu dan menolak grasi kepada presiden seprti yang dianjurkan oleh kepala penjara.. Menurut Firdaus vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati. Ironis !
Catatan dari Penjara Perempuan
Buku ini berkisah tentang pengalaman Nawaal el-Saadawi yang seorang dokter sekaligus aktivis perempuan, saat ada dalam sebuah penjara perempuan di era Anwar Sadat. Berbagai peristiwa yang terjadi di dalam penjara dirangkainya menjadi sebuah cerita yang memikat, menyentuh dasar hubungan kaum perempuan dengan kekuasaan.
Jatuhnya Sang Imam
Jatuhnya Sang Imam berkisah tentang perjuangan dan perlawanan seorang anak perempuan yang lahir tanpa ayah. Sang Ibu dianggap sebagai seorang perempuan pezina, namun semua orang, mulai dari penjaga hingga sang Imam telah tidur bersamanya. Akibat keingintahuannya tentang keturunannya, ia selalu dikejar-kejar dan akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman mati. Novel ini berisi tentang kejatuhan para pemimpin yang selalu bersembunyi di balik nama agama dan Tuhan.

Sumber : Mbak Tatik