Thursday, January 15

Petik Laut Muncar 2009

Petik laut adalah sebuah ungkapan syukur masyarakat nelayan atas rejeki dan keselamatan yang diberikan oleh Tuhan melalui alam, dan kini dipakai sebagai satu wahana budaya dan tradisi masyarakat nelayan di Kecamatan Muncar Banyuwangi, menjadi sebuah sarana untuk menggali kembali berbagai potensi lokal melalui sarana: kesenian lokal, aneka perlombaan (gerak jalan, panjat pinang, lomba dayung, jalan sehat, dll) yang melibatkan hampir semua lapisan masyarakat di Muncar disertai pesta rakyat dengan pasar malam dan aneka hiburan (dangdut, gandrung dan tayub) dan berpuncak pada acara larung sesaji dengan puluhan kapal hias. Biaya per kapal lengkap dengan hiasannya mencapai hampir 1 milyar rupiah, sedangkan jumlah kapal yang digunakan dan dihias mencapai puluhan buah kapal.

Tanggal 10 – 13 Januari 2009 yang lalu, sebagai bagian dari cross cutting issues kegiatan dalam program Nurturing Democracy Democracy through Interfaith and Intercultural Cooperation atau Mengembangkan Masyarakat Madani Melalui Kerjasama Lintas Iman dan Lintas Budaya yang terdiri dari 10 orang dari wilayah Beji Gunung Kidul dengan 2 orang pendamping dari SATUNAMA menghadiri sebuah perhelatan pesta rakyat daerah pesisir di wilayah Kedungrejo, Muncar Kabupaten Banyuwangi. Pesta masyarakat nelayan yang cukup akbar membuat decak kagum mereka yang belum pernah melihatnya.

Tahun 2009 ini puncak acara Petik Laut masyarakat Kecamatan Muncar Banyuwangi terjadi pada tanggal 12 Januari 2009. Puncak itu ditandai dengan upacara “nglarung sesaji” yang dimasukkan dalam sebuah “Gitik” (sebuah miniatur kapal yang diisi dengan aneka sesaji mulai dari buah-buahan, hasil bumi yang lain, ikan, ayam, aneka bunga saji, uang, dan perhiasan emas). Satu buah gitik biasanya nilai nominalnya tidak kurang dari 5 – 10 juta rupiah. Sebagai prosesi gitik diarak dari halaman rumah Lurah Kedungrejo dengan diiringi kelompok drumband dari SD sekitar, ibu-ibu PKK dan pengajian serta kelompok anak-anak dengan kostum khas Banyuwangi.

Prosesi menuju ke tempat upacara yang terletak di pusat TPI Pelabuhan Muncar yang sudah dipadati oleh puluhan ribu masyarakat Muncar dan sekitarnya dan dihadiri oleh wakil dari Gubernur Jawa Timur, Bupati Banyuwangi, Muspida dan Muspika setempat.

Dalam sambutannya Bupati Ratna mengharapkan di tahun-tahun mendatang, para pengusaha yang ada di Muncar tidak lagi berasal dari Surabaya, tetapi dari putra-putri Banyuwangi sendiri, para pemilik kapal juga mereka yang berasal dari wilayah Muncar, dan anak-anak nelayan menjadi anak-anak yang berpendidikan dan sukses, sehingga warisan leluhur banyak dinikmati kembali oleh masyarakat lokal, dari, untuk dan oleh para nelayan sendiri.


Acara dirangkai dengan pemberian hadiah bagi pemenang aneka lomba, tarian gandrung yang dibawakan oleh 6 orang penari, beberapa sambutan dan pelepasan gitik ke Laut oleh Bupati yang diikuti oleh sebagian besar tamu undangan untuk bersama “nglarung sesaji” di tengah laut, dan diakhiri dengan singgah ke suatu pulau yang masih “perawan” yang dijadikan sarana konservasi laut, dan dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang digunakan “ngalap berkah” atau berdoa dan bermatiraga untuk memohon keselamatan, dll. Tempat ini dipakai sebagai persinggahan akhir rangkaian upacara Petik Laut. Para penari gandrung yang terpilih dengan 2 orang gadis remaja yang dipilih menjadi “Blorong” sebagai puncak menari di pulau ini di depan sebuah makam yang dipercaya sebagai makam cikal bakal penari gandrung di wilayah Muncar yang patut dihormati.
Setelah rangkaian acara inti selesai, masih ada beberapa kegiatan yang dilanjutkan sampai 1 hari ke depan diantaranya tayuban semalam suntuk dan pentas dangdut bagi seluruh masyarakat Muncar. Acara resmi berakhir pada tanggal 15 Januari 2009.

Banyak teman-teman dari Satuhati (alumni peserta pelatihan di SATUNAMA dan sekarang menjadi CO di Kecamatan Muncar Banyuwangi) Dalam kepanitiaan ini teman-teman yang tergabung dalam Satuhati (alumni peserta yang terlibat dalam kepanitiaan. Maka dengan sendirinya, peran sebagai CO menjadi strategis untuk meningkatkan gerakan di tingkat masyarakat sipil yang menjadi salah satu tujuan program Nurturing Democracy Through Interfaith and Intercultural Cooperation atau Mengembangkan Masyarakat Madani Melalui Kerjasama Lintas Iman dan Lintas Budaya yang kini sudah menjadi salah satu program yang diperhitungkan baik di Muncar Banyuwangi maupun Ngawen Gunung Kidul.


Semoga kunjungan ini menjadi sarana untuk berbagi pengalaman dan berbagi peran bagi pengembangan Program Lintas Iman Lintas Budaya yang tergabung dalam Divisi Special Project SATUNAMA yang menjadi satu bagian utama dalam pengembangan Program Islam And Development bekerjasama dengan The Asia Foundation


Foto dan text FF.Sri Purwani



No comments:

Post a Comment

Silahkan mengisi komentar dan terima kasih atas komentar anda