Thursday, December 13

Free Image Hosting
Perpustakaan Keliling Anak SATUNAMA dan Perpustakaan
Loekman Soetrisno ada di Nomer 9


Festival Literasi Indonesia itulah nama kegiatan yang baru saja diselenggarkan oleh Perpustakaan Dinas Pendidikan Nasional, Forum Indonesia Membaca, Perpustakaan UGM Yogyakarta dan Jaringan Perpustakaan Alternatif “Biblio”.


tema “Mangan Ora Mangan Maca Buku” atau dalam bahasa Indonesianya, Makan tidak makan baca buku, tema ini sebenarnya agak kurang riil, bagaimana mungkin orang akan membaca buku kalau tidak makan.

Sebagai gambaran saja, masih banyak yang beranggapan bahwa baca buku itu merupakan pekerjaannya orang yang tidak punya pekerjaan. Lhoo....
Iya,buktinya kalau di sela waktu kerja, kita kedapatan lagi membaca koran, komentar yang muncul dari rekan sekerja kita ” Baca koran melulu, gak ada kerjaan apa?”

Tapi sudahlah itu kan hanya tema, tidak usah diperdebatkan. Menurut panitia, Tujuan penyelenggaraan Festival Literasi Indonesia ini adalah meningkatkan kemitraan program sebagai tindak lanjut perkembangan minat literasi dan perpustakaan komunitas. ( sulit banget kan memahaminya,..itulah hebatnya panitia ) tujuan yang kedua adalah mendorong keberpihakkan kepada akses pengembangan kegiatan komunitas literasi, ( ini juga gak kalah sulit memahaminya ) dan sebagai media merefleksikan semangat literasi almarhum Dauzan Farook sebagai salah satu Tokoh Literasi Indonesia.

Nah, dalam kesempatan ini, Tim Perpustakaan Keliling SATUNAMA, yang konon kabarnya bergerak sebagai salah satu penggiat literasi ikut berpartisipasi mengisi stand literasi dan kreativitas untuk anak - anak dan remaja.

Seperti yang dilakukan di Jakarta, ketika even world book day, temen-temen Perpustakaan Keliling Anak SATUNAMA memperagakan berbagai macam workshop kreativitas.

Seperti workshop souvenir boneka dari tali rami, kerajinan dari kertas koran dan pengunjung stand diajak untuk mengekspresikan kreativitas seni menghias caping dengan menggunakan biji-bijian.

Selain Stand Perpustakaan Keliling SATUNAMA, ada juga yang lain, yaitu sekitar 50 stand dari instansi pemerintah, lembaga non pemerintah, perpustakaan komunitas di Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kegitan dalam rangkaian acara Festival Literasi Indonesia ini adalah : Wisata Literasi ke Perpustakaan Komunitas Mabulir dan Rumah Budaya Tembi, Pameran Komunitas Literasi dan bursa buku, Pentas Seni, Workshop, Talkshow, Launching Software Senayan 3.0, dan Malam Refleksi “Mengenang Mbah Dauzan Farook”.

Menurut refleksi dari teman-teman Perpustakaan Keliling Anak SATUNAMA, yang dikomando oleh Mbak Andri, yang menarik dari kegiatan Festival Literasi Indonesia:

1. Kegiatan ini adalah media sosialisasi lembaga dan program – program di SATUNAMA kepada masyarakat luas. ( Mobile Library sebagai Public Relation )

2. Ajang Festival Literasi seperti ini bisa digunakan sebagai media jejaring antar komunitas penggerak literasi. ( Mobile Library SATUNAMA sebagai bagian dari komunitas yang peduli kepada literasi )

3. Sebagai tolak ukur dari keberhasilan program literasi di Perpustakaan Keliling SATUNAMA. ( Seberapa besar Moblib membantu anak-anak dampingan semakin mengenal kegiatan baca tulis dan hitung )

4. Meningkatkan motivasi teman-teman Moblib sebagai penggiat literasi agar lebih kreatif dan inovatif. ( Meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan tim Pendamping Anak yang sekaligus menjadi Relawan Perpustakaan Keliling SATUNAMA )

5. Untuk membuat suatu perhelatan besar perlu berjejaring dan ada keterlibatan lembaga – lembaga lain, baik instansi/lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah serta masyarakat. ( Perlunya berjaringan dengan lembaga/instansi lain yang sejenis)

6. Lokasi penyelenggaraan kegiatan sebaiknya ditempat yang mudah dijangkau dan dikenal masyarakat luas. ( Kritik agar kegiatan selalu mempertimbangkan aspek tempat penyelenggaraan )

Sumber inspirasi : Andriyani
Dirangkum oleh : Edy Purwaka

No comments:

Post a Comment

Silahkan mengisi komentar dan terima kasih atas komentar anda