PEKAN RAYA HUTAN DAN MASYARAKAT 2009
Yogyakarta, 12-15 Januari 2009
Pengantar :
Sebuah kegiatan yang dirancang untuk mempromosikan Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat (PHLBM) sekaligus untuk melihat komitmen calon legeslatif (CALEG) dan calon presiden (CAPRES) Indonesia terhadap kemiskinan, hutan dan masyarakat. Tulisan dari Mbak Kantri dan Mbak Andri akan menjelaskan detail lengkapnya (ed)
_________________________________________________________________________
ACARA PEMBUKAAN
Senin 12 Januari 2009 jam 08.30-10.30
Bertempat di kawasan Grha Sabha Pramana, UGM, Yogyakarta, dibuka rangkaian Acara PEKAN RAYA HUTAN DAN MASYARAKAT (PHRM) 2009, Dimulai dengan Parade Petani dengan dimeriahkan atraksi drum band Kraton dan pengalungan bunga oleh rektor UGM, Bapak Sudjarwadi kepada Ibu Sri dan Bapak Wardoyo wakil dari petani Indonesia.
San Afri Awang, Direktur PRHM menyampaikan selamat datang di Arena PRHM kedua yang merupakan kelanjutan dari PRHM pertama yang telah menghasilkan Deklarasi DARI JOGJA UNTUK INDONESIA: Membangun Peradaban Baru Untuk Melaksanakan Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat. PRHM kedua ini dimaksudkan sebagai ajang promosi berbagai inisiatif Pengelolaan Hutan Lestari Berbasis Masyarakat (PHLBM) dan mengusung tema besar 'Gerakan rakyat Untuk Mengantisipasi Isu Global Pengelolaan Sumberdaya Hutan. PRHM tahun ini juga sebagai ajang untuk melihat komitmen calon legeslatif dan calon presiden Indonesia yang akan berlaga di PEMILU 2009 terhadap kemiskinan, hutan dan masyarakat.
Pekan Raya Hutan dan Masyarakat menurut Mochammad Naiem SC PRHM 2009, dimaksudkan untuk membuka peluang dialog semua pihak yang berkepentingan dalam mengelola hutan untuk kesejahteraan rakyat yang optimal.
Departemen Kehutanan RI mendukung gerakan ini dengan hadirnya Boen Purnama, Sek Jen Departemen Kehutanan dan menyampaikan upaya upaya departemen kehutanan dalam mendukung Rakyat Indonesia turut serta mengelola hutan dengan diterbitkannya beberapa peraturan pemerintah. Ada 3 bentuk pengembangan hutan di Indonesia: Hutan Kemasyarakatan, Hutan Pola Kemitraan dan Hutan Desa.
Hadirnya gerimis yang berlanjut dengan hujan merupakan tanda bahwa Tuhan memberikan berkat kehidupan untuk petani Indonesia yang hadir dan Tuhan merestui Gerakan rakyat Untuk Mengantisipasi Isu Global Pengelolaan Sumberdaya Hutan, demikian disampaikan Rektor UGM Sudjarwadi. Sebuah tanda menyusul terkupas, wakil petani Indonesia, Ibu Sri dan Bapak Wardoyo memberikan makna yang cukup dalam, Wardoyo adalah hati dan Sri bermakna kemakmuran. Tanda tanda ini perlu disimpan dalam hati sebagai sumber semangat. Dikatakan pula manusia di dunia ini sebagai khalifah alam yang dapat mengembangkan 2 sisi pengetahuan yaitu Pengetahuan Eksplisit adalah suatu pengetahuan yang tertulis dan Pengetahuan Implisit adalah suatu pengetahuan yang didapat dari pengalaman melakukan kegiatan di lapangan. Dan Sudjarwadi membuka Rangkaian acara ini secara resmi dengan memukul kentongan.
Setelah PRHM dibuka, dilanjutkan dengan orasi nasional oleh oleh Catur Sapto Edi, Komisi 7 DPR RI tentang “Nasionalisme, Sumber Daya Alam, dan Kesejahteraan Sosial”. Sebuah Fakta, negara yang rakyat dan pemimpinnya mempunyai semangat nasionalisme akan mampu mengatasi tantangan global. Adanya intervensi dari IMF, WTO dan World Bank akan semakin mengikis semangat Nasionalisme. Amerika Latin adalah contoh negara yang sudah bisa melewati arus globalisasi, dengan pengelolaan sumberdaya alam secara mandiri. Di Indonesia, 90% tenaga dibidang pertambangan masih dikerjakan oleh tenaga luar.
Orasi Nasional dilanjutkan oleh Mohammad Sobary dengan tema yang sama disampaikan bahwa Nasionalisme merupakan masalah yang belum selesai. Nasionalisme bukan hanya dalam konteks satu bangsa, satu nasib dan satu tempat lahir, melainkan termasuk didalamnya memberi pelayanan, perlindungan dan pengayoman kepada yang berhak, dengan keadilan dan kemanusiaan dalam arti tulus dan sejati dalam wujud kebijakan-kebijakan dan program-program yang memihak kepada rakyat.
Mohammad Sobary menyerukan
Kita wajib belajar dari kesalahan sejarah, wajib hijrah dari jaman jahiliyah ke jaman ketentraman. Aktor sejarah bangsa Indonesia sebenarnya adalah petani, maka kebijakan-kebijakan yang dibuat adalah kebijakan yang memberi tempat bagi petani. Adanya RATU ADIL yang selalu didengung-dengungkan selama ini bukanlah menunjuk pada wujud seseorang melainkan lebih kepada “birokrasi atau kebijakan-kebijakan yang berpihak pada rakyat.
Penulis : Andri dan Kantri
No comments:
Post a Comment
Silahkan mengisi komentar dan terima kasih atas komentar anda